Selasa, 13 September 2016

الممنوعُ من الصرفِ

―※الممنوعُ من الصرفِ※―

القائدة
(١٥٥) يُمْنَعُ العَلَمُ من الصرفِ أي التنوينِ ويُجَرُّ بالفتْحَةِ نِيَابَةً عن الكسْرِ:

١) إذا كان مؤنّثًا
٢) إذا كان أَعْجَمِيًّا
٣) إذا كان مُرَكَّبًا تَركيبًا مَزْجِيًّا
٤) إذا كان مَزِيْدًا فيه أليفٌ و نونٌ
٥) إذا كان على وَزْنِ الفعلِ
٦) إذا كان مذَكَّرًا ثُلَاثِيًّا مَضْمُوْمَ الأوّلِ مفتُوحَ الثَّانِي

―الصفةُ الممنوعةُ من الصّرفِ―

________________

Kaedah ke-155:
________________

Isim 'alam yang termasuk al mamnu' minash shorfi atau tidak menerima tanwin dan dijerkan dengan fathah sebagai ganti dari kasroh:
1) jika nama orang berbentuk muannats
2) jika nama 'ajam (selain bahasa Arab)
3) jika tersusun dari dua kata yang merupakan satu kesatuan (tidak bisa dipisahkan)
4) jika nama orang yang terdapat tambahan alif dan nun pada akhir isim tersebut
5) jika nama yang menyerupai wazan fiil
6) jika nama orang  mudzakar tsulasi (terdiri dari 3 huruf) dimana huruf pertamanya di dhommah dan huruf keduanya difathah.

~~~★★★~~~

Penjelasan tambahan dari saya:

Contoh-contoh dari kaedah diatas adalah:

١)  سَعَادُ - فَاطِمَةُ - زَيْنَبُ - مَرْيَمُ - عَائِشَةُ - مَكَّةُ - جُدَّةُ

٢) لَنْدَنُ - وِلْيَمُ - إِدْوَرْدُ - بَارِيْسُ - بَاكِسْتَانُ - بَغْدَادُ - إِبْرَاهِيْمُ - إِسْمَاعِيْلُ - إسْحَاقُ - يَعْقُوْبُ - يُوْنُسُ - يُوْسُفُ.

٣) نِيُوْيُوْرَكُ -

٤) عُثْمَانُ- عَفَّانُ - سُفْيَانُ - مَرْوَانُ - نُعْمَانُ

٥) أَحْمَدُ - أَنْوَرُ - أَكْبَرُ - أَسْعَدُ

٦) عُمَرُ - هُبَلُ -

Maraji':
كتاب دروس اللغة العربية لغير الناطقين بها:  ١

―※الصّفَةُ الممنوعةُ من الصَّرفِ※―

القائدةُ:
(١٥٦) تَمْنَعُ الصِّفَةَ منَ الصَّرفِ و تُجَرُّ بالفتحةِ نيابةً عن الكسرةِ:

(١) إذا كان على وزن فَعْلَانَ

(٢) إذا كان على وزن أَفْعَلَ

(٣) في أُحَادَ ومَوْحَدَ إِلَى عُشَارَ مَعْشَرَ و في كلمةٍ "أُخَرَ"

________________

Kaedah ke-157:
________________
Kata sifat termasuk al mamnu' minash shorfi dan dijerkan dengan fathah sebagai pengganti kasroh:
1) jika kata sifat tersebut berwazan فَعْلَانُ
2) jika kata sifat tersebut berwazan أَفْعَلُ
3) pada kata أحَادَ atau مَوْحَدَ sampai dengan عُشَارَ atau مَعْشَرَ  dan kata أُحَرَ

Contoh:

١) كَسْلَانُ - جَوْعَانُ - عَطْشَانُ - شَبْعَانُ - مَلْآنُ

٢) أَبْيَضُ - أَسْوَدُ - أَحْمَرُ - أَصْفَرُ - أَخْضَرُ - أَزْرَقُ

أَكْبَرُ - أَفْضَلُ - أقْصَرُ - أَطْوَلُ -

أَسْبَقُ-

٣) وَقَفَ جُنُوْدٌ مَثْنَى
Para tentara berdiri dua-dua

جَءَ الأولادُ ثُلَاثَ
Anak-anak putra datang tiga-tiga

دخلَ المدرسةَ بَنَاتٌ أُخَرُ
Anak-anak putri lain memasuki kelas.

※الممنوعُ من الصَّرفِ لِصِيْغَةِمُنْتَهَى الْجُمُوْعِ أَوْألِفِ التَّأْنِيْثِ※

القَاعِدَةُ:
(١٥٧) يُمْنَعُ الاسمُ من الصَّرفِ ويُجَرُّ بالفتحةِ نِيَابةً عن الكسرةِ

١) إذا كان على صِيْغَةِ منتهى الجموعِ

٢) إذا كان مَخْتُوْمًا بألفِ التَّأْنِيْثِ الممدودةِ

٣) إذا كان مَخْتُوْمًا بألفِ التَّأْنِيْثِ المقصورةِ
________________

Kaedah ke-157:
________________
Isim itu termasuk al mamnu' minas shorfi dan dijerjan dengan fathah sebagai pengganti dari kasroh:
1) jika isim tersebut adalah shighoh muntahal jumu'
2) jika isim tersebut diakhiri dengan alif ta'nits mamdudah
3) jika isim tersebut diakhiri dengan alif ta'nits maqshurah

★Contoh al mamnu' minash shorfi dengan illah shighah muntahal jumu':

مَدَارِسُ
عَصَافَيْرُ
PENJELASAN:
Kata مَدَارِسُ adalah bentuk jamak dari مَدْرَسَةٌ. Dia termasuk jamak taksir dengan alif tambahan  dan sesudahnya 2 huruf.
مَدَ + ا + رِسُ = مَدَارِسُ

Kata عَصَافَيْرُ adalah bentuk jamak dari عُصْفُوْرٌ. Dia termasuk jamak taksir dengan alif tambahan dan sesudahnya 3 huruf.

عَصَ+ ا + فِيْرُ = عَصَافَيْرُ

Setiap isim jamak yang sejenis dengan bentuk ini disebut Shighah Muntahal Jumu'.

★Contoh al mamnu' minash shorfi dengan illah adanya alif ta'nits mamduudah: صَحْرَاءُ

★Contoh al mamnu' minash shorfi dengan illah adanya alif ta'nits maqshuurah: نُعْمَى

Kamis, 25 Agustus 2016

FIIL MUDHARI MU'TAL AKHIR






FIIL MUDHARI (SHAHIH AKHIR, MU'TAL AKHIR & AF'ALUL KHOMSAH)






FIIL MU'TAL AKHIR & SHAHIH AKHIR


I'RAB FIIL MADHI

LATIHAN I'RAB:

١) قَرَأْناَ الْكِتَابَ
(Kami telah membaca buku itu)

قَرَأْناَ: قرأ فعل ماض مبني على السكون للتصاله ب(نا) و(نا) ضمير متصل مبني على السكون في محل رفع  فاعل

الْكِتَابَ: مفعول به منصوب بالفتحة الظاهرة لأنّه اسم مفرد

٢) شَمَمْتُ الوَرْدَ
(Aku telah menciun bunga mawar itu)

شَمَمْتُ: شَمَمْ فعل ماض مبني على السكون  للتصاله بالتاء المتحركة. و(ت) ضمير متصل مبني على الضمّة فاعل

الوَرْدَ: مفعول به منصوب بالفتحة الظاهرة لأنّه اسم مفرد

٣) سَبَحْنَا فِي النَّهْرِ
(Kami telah berenang di sungai)

سَبَحْنَا: سَبَحْ  فعل ماض مبني على السكون للتصاله ب(نا)
و(نا) ضمير متصل مبني على السكون في محل رفع  فاعل

فِي: حرف جر مبني على السكون لا محل له من الإعراب

النَّهْرِ: مجرور ب(في) و علامة جره الكسرة الظاهرة لأنّه اسم مفرد

TA MUTAHARRIKAH - TA TA'NITS

Kesimpulan:

1) Ta mutaharikkah adalah ta yang berharakat yang bersambung dengan fiil. Misalnya pada kata-kata berikut:

كتبتَ كتبتِ  كَتَبْتُ كتبتُما كتبتُنّ كتبتُم

Adapun ta' sukun pada fiil (تْ) seperti كَتَبَتْ dinamakan ta' ta'nis yang menunjukkan failnya perempuan.

2) Kata متحركة adalah isim fail dari  تَحََرَّكَ - يَتَحَرِّكُ artinya berharakat.

Adapun tanda sukun, sukun itu asalnya dari سَكَنَ - يَسْكُنُ yang artinya tenang. Jadi, asal maknanya bukan harakat. Akan tetapi, sukun diilhaqkan ke makna harakat.

3) Pada fiil jamak mudzakar  semisal: كَتَبُوْا
Huruf alif disebut الألف فارقة/  ألف التفريق (Alif Fariqah) yakni alif pembeda.

Yaitu alif yang digunakan untuk membedajan wau dhamir dengan wau 'athof.

Misalnya:
ودُّوْا لَوْ تُدْهِنُ

Jika alif fariqahnya dihilangkan, kita akan bingung membacanya. Bisa dikira wawu setelah huruf dal adalah wawu 'athof dll

Fawaid dari:  Al Ustadzah Ummu Maryam Latifah حفظها الله

Jumat, 19 Agustus 2016

أحوال بناء الفعل الماضى

أحوال بناء الفعل الماضى

KEADAAN-KEADAAN MABNINYA FIIL MADHI

Contoh-contoh:

1) Udara itu sangat dingin
2) Debu itu berterbangan
3) Hujan itu telah turun

***

4) Para anak laki-laki telah bermain
5) Para pria telah berpergian
6) Para pekerja telah lelah

***

7) Aku telah membuka pintu
8) Aku telah menangkap bola
9) Aku telah mengambil upah

***

10) Kamu telah benar pada perkataanmu
11) Kamu telah adil dalam keputusanmu
12) Kamu telah berbuat baik kepada orang-orang

***

13) Para anak putri telah belajar shirah
14) Para ibu telah memberi makan putra-putra mereka
15) Para pemudi telah merapikan meja makan

***

16) Kami telah keluar dari ladang
17) Kami telah menghirup udara bersih
18) Kami telah memetik bunga-bunga

PEMBAHASAN:

Jika kita perhatikan pada contoh-contoh di atas, kita dapati bahwa pada setiap kalimat mengandung fiil madhi.

Dan telah kita ketahui dari pelajaran yang telah lalu, bahwa seluruh fiil madhi adalah mabni. Maka fiil-fiil madhi pada contoh di atas, seluruhnya adalah mabni. Dan yang kita inginkan dari pelajaran kali ini adalah mengetahui keadaan bina fiil-fiil madhi.

Untuk itu, kita perhatikan ketiga contoh yang pertama (nomer 1 sampai 3):
-Perhatikan fiil-fiil madhi yang ada pada ketiga contoh tersebut, yaitu شْتَدَّ - ثَارَ - نَزَلَ.
-Akhir huruf pada fiil شْتَدَّ - ثَارَ - نَزَلَ tidak bersambung dengan sesuatu apapun.
-Akhir huruf pada fiil  شْتَدَّ - ثَارَ - نَزَلَ adalah dalam keadaab difathah.
- Jika fiil- fiil madhi tersebut diletakkan diseluruh macam susunan kalimat, maka kita akan mendapatinya tetap difathah huruf akhirnya.
-Oleh karena inilah, kita katakan bahwa fiil madhi dimabnikan di atas fathah dalam keadaan ini.

***

Dan jika kita perhatikan ketiga contoh yang kedua, kita melihat bahwa fiil-fiil لَعِبَ - سَفَرَ - تَعِبَ telah bersambung huruf akhirnya dengan wawu yang menunjukkan failnya (subjeknya ) adalah jamak mudzakar.

Dan kita lihat bahwa setiap akhir dari fiil-fiil tersebut dalam keadaan di dhommah ( لَعِبُوْا- سَفَرُوْا- تَعِبُوْا).

Dari sini, kita mengetahui bahwa fiil-fiil madhi tersebut dimabnikan di atas dhommah jika (fiil madhi itu) datang dalam keadaan ini (yakni jika fiil madhi bersambung dengan wawu jama'ah).

***

Dan jika kita perhatikan fiil-fiil madhi pada sisa contoh, kita melihat bahwa fiil-fiil madhi tersebut :

-Pada contoh nomer 7 sampai 12:
bersambung dengan ta' mutakarrikah (ت)

-Pada contoh nomer 13 sampai 15:
bersambung dengan nun (ن)  yang menunjukkan failnya (subjeknya) adalah jamak muannats, dan dinamakan nun niswah.

-Pada contoh nomer 16 sampai 18:
bersambung dengan kata "naa" (نا) yang menunjukkan fail.

Dimana setiap akhir fiil madhi tersebut diatas adalah dalam keadaan disukun. Walaupun kita terus perhatikan fiil-fiil tersebut bersambung dengan ta' mutaharrikah / nun niswah / naa fail, tetap keadaan akhirnya dalam keadaan disukun.

Oleh karena itulah, kita ketahui bahwa fiil madhi dalam keadaan-keadaan seperti diatas,dinamakan  mabni di atas sukun.

KAEDAH:

(34) Fiil madhi dimabnikan diatas fathah kecuali jika  bersambung dengannya wawul jama'ah (maka) dimabnikan diatas dhommah.
Atau bersambung dengannya ta' mutaharrikah / nun niswah/ naa yang menunjukkan fail, (maka) dimabnikan diatas sukun.

LATIHAN I'RAB:

١) قَرَأْناَ الْكِتَابَ
(Kami telah membaca buku itu)

قَرَأْناَ: قرأ فعل ماض مبني على السكون للتصاله ب(نا) و(نا) ضمير متصل مبني على السكون في محل رفع  فاعل

الْكِتَابَ: مفعول به منصوب بالفتحة الظاهرة لأنّه اسم مفرد

٢) شَمَمْتُ الوَرْدَ
(Aku telah menciun bunga mawar itu)

شَمَمْتُ: شَمَمْ فعل ماض مبني على السكون  للتصاله بالتاء المتحركة. و(ت) ضمير متصل مبني على الضمّة فاعل

الوَرْدَ: مفعول به منصوب بالفتحة الظاهرة لأنّه اسم مفرد

٣) سَبَحْنَا فِي النَّهْرِ
(Kami telah berenang di sungai)

سَبَحْنَا: سَبَحْ  فعل ماض مبني على السكون للتصاله ب(نا)
و(نا) ضمير متصل مبني على السكون في محل رفع  فاعل

فِي: حرف جر مبني على السكون لا محل له من الإعراب

النَّهْرِ: مجرور ب(في) و علامة جره الكسرة الظاهرة لأنّه اسم مفرد

Rabu, 17 Agustus 2016

FIIL SHAHIH AKHIR & MU'TAL AKHIR


Pembagian  Fiil : Shahih  Akhir  dan  Mu'tal  Akhir 

Contoh-contoh:
1) Nelayan itu melempar jalanya
2) Orang sakit itu memanggil  dokter 
3) Orang yang jahat itu mendapatkan  balasannya. 
4) Orang laki-laki itu mulia
5) Langit itu cerah
6) Musim dingin mendekat (hampir tiba)
7) Muhammad takut kepada Rabb-nya
8) Aku menginginkan   ridhlo kedua  orangtuaku
9) Tukang  bangunan  membangun  masjid
10) Tempat itu gelap
11) Lampu itu telah  menyala  
12) Anak laki-laki  itu 

Pembahasan:
Kata-kata ألقى - دعا- يلقى pada ketiga contoh yang pertama (yakni nomer 1 sampai 3), semuanya adalah fiil. Dan akhir dari setiap fiil - fiil tersebut  adalah alif karena diucapkan dengan alif.
Yang dijadikan dasar  pembahasan  pada pelajaran ini adalah pengucapannya  bukan tulisannya. Fiil-fiil ini dinamakan fiil mu'tal akhir.

Dan kata-kata:  سَرُوَ - تَصْفُوْ - يَدْنُوْ pada ketiga contoh kedua (yakni contoh nomer 4 sampai 6) semuanya  adalah fiil. Dan akhir dari setiap fiil-fiil tersebut adalah wawu. Fiil-fiil ini juga dinamakan fiil mu'tal akhir.

Dan kata-kata: خَشِيَ - أَبْغِيْ - يَبْنِيْ pada ketiga contoh yang ketiga (yaitu nomer 7 sampai 9) adalah fiil. Dan akhir dari setiap fiil-fiil tersebut adalah ya. Fiil-fiil ini juga dinamakan fiil mu'tal akhir.

Dan kata-kata:  أَظْلَمَ - اِتَّقَدَ - يَسْتَحِمُّ pada ketiga  contoh yang terakhir (yaitu nomer 10 sampai 12) semuanya adalah fiil. Dan akhir kata dari setiap fiil-fiil tersebut bukan alif, wawu atau ya. Fiil-fiil ini dinamakan fiil shahih akhir.

 KAEDAH:

(25) Fiil mu'tal akhir adalah fiil yang huruf akhirnya adalah alif, wawu, atau ya. Ketiga huruf ini (alif, wawu dan ya) dinamakan huruf 'illah.

(26) Fiil shohih akhir adalah fiil yang huruf akhirnya bukan termasuk salah satu dari ketiga huruf 'illah.





Sabtu, 13 Agustus 2016

أنواع الإعراب

أنواع الإعراب

MACAM-MACAM I'RAB

PEMBAHASAN:

Kata الطائر - الماء - الحصان pada contoh yang pertama, semuanya adalah isim.

Penjelasan tentang isim-isim di atas adalah sbb:

1) Pada ketiga contoh yang pertama:
Kata الطائر - الماء - الحصان adalah dalam keadaan marfu' karena sebagai mubtada.
Yang menunjukkan rofa'nya adalah adanya dhommah pada akhir setiap isim-isim tersebut.

2) Pada ketiga contoh yang kedua:
Kata الطائر - الماء - الحصان adalah dalam keadaan manshub karena sebagai maf'ul bih.
Yang menunjukkan nashabnya adalah adanya fathah pada akhir setiap isim-isim tersebut.

3) Pada ketiga contoh yang ketiga:
Kata الطائر - الماء - الحصان adalah dalam keadaan majrur karena masing-masingnya didahului oleh huruf jer.
Yang menunjukkan jernya adalah adanya kasroh pada akhir setiap isim-isim tersebut.

Dari penjelasan diatas, kita ketahui bahwa:
Karena ketiga isim di atas berubah akhirnya dari rofa' ke nashob lalu ke jer, maka isim-isim ini dinamakan mu'rab.

***

Dan kata-kata يوقد- تزحف - تورق pada contoh bagian yang kedua adalah fiil mudhari'.

Penjelasan tentang fiil-fiil mudhari' di atas adalah sbb:

1) Pada ketiga contoh yang pertama:
Fiil يوقد- تزحف - تورق dalam keadaan marfu' karena tidak adanya (bebas dari) 'amil nashob dan jazm. Dan yang menunjukkan  rofa'nya fiil-fiil tersebut adalah dengan adanya dhommah pada akhir setiap fiil itu.

2) Pada ketiga contoh yang kedua:
Fiil يوقد- تزحف - تورق dalam keadaan manshub karena masuknya "lan" (لنْ) pada fii-fiil itu. Dan yang menunjukkan nashobnya fiil-fiil tersebut adalah dengan adanya fathah pada akhir setiap fiil itu.

3) Pada ketiga contoh yang ketiga:
Fiil يوقد- تزحف - تورق dalam keadaan majzum karena masuknya 'amil jazm yaitu  "lam" (لَمْ) pada fii-fiil itu. Dan yang menunjukkan jazmnya fiil-fiil tersebut adalah dengan adanya sukun pada akhir setiap fiil itu.

Dari penjelasan diatas, kita ketahui bahwa:
Karena ketiga fiil di atas berubah akhirnya dari rofa' ke nashob lalu ke jazm maka fiil-fiil ini dinamakan mu'rab.

***

KAEDAH

(31) Keadaan-keadaan yang terhitung pada kata-kata yang mu'rab ada empat, yaitu: rofa' - nashob - jer - jazm. Dan (keempatnya) dinamakan macam-macam i'rab.

(32) Tanda-tanda i'rab yang asli ada empat, yaitu: dhommah - fathah - kasroh - sukun. Dan menggantikan darinya tanda-tanda yang lain yang akan disebutkan pada babnya.

(33) Rofa' dan nashob ada pada isim-isim dan fiil-fiil. Jer khusus ada pada isim-isim sebagaimana jazm khusus ada pada fiil-fiil.





أَنْوَاعُ البِنَاءِ


MACAM-MACAM BINA

Contoh-contoh:

1) Berapa banyak kuda di lapangan itu?
2) Berapa harga jam tanganmu?
3) Berapa kali kamu berjanji tetapi tidak kamu tepati?
4) Udara itu menjadi sejuk? (tidak panas tidak dingin)
5) Apakah udara sejuk?
6) Udara itu telah menjadi sejuk
7) Berhentilah ditempatmu!
8) Berjalanlah (pergilah) sesukamu.
9) Engkau tinggal di tempat yang berudara baik
10) Kemarin sangat panas
11) Aku mengunjungi piramida kemarib
12) Aku pergi ke benteng kemarin

PEMBAHASAN:

Kita telah mengetahui dari pembahasan yang lalu bahwa mabni adalah kata yang akhirnya tetap pada satu keadaan di seluruh susunan kalimat. Dan pada pelajaran kali ini, kita ingin mengetahui keadaan-keadaan akhir kata yang mabni tersebut.

Perhatikan contoh:
Kata كَمْ - اِعْتَدَلَ - حَيْثُ - أَمْسِ  pada contoh sebelumnya, semua kata tersebut adalah mabni. Karena akhir kata-kata tersebut tetap dalam satu keadaan, tidak berubah sekalipun susunan kalimatnya berubah.

Akhir kata كَمْ adalah tetap dengan sukun, oleh karena itu كَمْ dikatakan mabni di atas sukun.

Akhir kata اعْتَدَلَ adalah tetap dengan fathah, oleh karena itu اعْتَدَلَ dikatakan mabni di atas fathah.

Akhir kata حَيْثُ adalah dengan dhommah, oleh karena itu حَيْثُ dikatakan mabni di atas dhommah.

Akhir kata أَمْسِ adalah dengan kasroh, oleh karena itu أَمْسِ dikatakan mabni di atas kasroh.

Dan jika kita teliti pada akhir kata-kata mabni tersebut, tidak kita dapati keadaan lain kecuali empat keadaan (mabni di atas sukun, fathah, dhommah dan kasroh).

Dan disana tidak ada ketentuan khusus untuk mengetahui tentang keadaan akhir kata-kata yang mabni tersebut. Hanya saja referensi untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan menukil dari kitab-kitab bahasa yang terpercaya.

KAEDAH:

(29) Keadaan-keadaan yang menetapi  akhir kata-kata mabni ada empat, yaitu: sukun, fathah, dhommah, kasroh dan dinamakan anwa'ul bina.

(30) Kata-kata yang akhirnya tetap dengan sukun/fathah/dhommah/kasroh, dinamakan mabni di atas sukun/fathah/dhommah/kasroh.

المبنى و المعرب

Contoh-contoh:

1) Dimana rumahmu?
2) Kemana kamu akan pergi?
3) Kemana kamu berjalan?
4) Penjual daging itu menyembelih kambing betina.
5) Penjual daging itu menyembelih kambing betina.
6) Apakah penjual daging itu menyembelih  kambing betina.
8) Dari tempat mana kamu datang?
9) Aku datang dari rumahku
10) Kapas adalah sumber kemakmuran di Mesir
11) Petani itu menuai kapas
12) Baju-baju itu dibuat dari kapas
13) Mawar itu layu
14) Aku mencium mawar
15) Aku memandang ke mawar itu
16) Kebun itu berbuah
17) Kebun itu tidak akan berbuah
18) Kebun itu belum berbuah

PEMBAHASAN

Jika Anda perhatikan kata-kata:  أَيْنَ dan ذَبَحَ dari contoh-contoh bagian pertama, Anda akan mendapati bahwa setiap kata darinya dalam keadaan tetap pada satu keadaan meskipun kedudukan keduanya dalam sebuah kalimat berubah.

Maka akhir dari setiap dua kata (ذبح - أين) tetap dengan  fathah sebagaimana pada contoh dan selainnya. Dan akhir kata dari مِنْ tetap dengan sukun sebagaimana pada contoh-contoh yang telah lalu dan pada selainnya.

Kata-kata yang tetap keadaan harakat  akhirnya pada satu keadaan adalah semua huruf, fiil madhi dan diil amr tanpa terkecuali.

Dan jika Anda perhatikan kata: القطن- الوردة- يثمر pada contoh bagian kedua, Anda akan dapati bahwa akhir setiap kata  darinya  berubah dari satu keadaan ke keadaan lain sesuai kedudukannya dalam kalimat.
Maka kata القطن dan الوردة adalah dua kata yang berubah akhirnya sebagaimana  pada contoh yang lalu. Perubahannya yaitu dari rofa' ke nashab lalu ke jer.
Dan kata يثمر adalah kata yang berubah akhirnya sebagaimana pada contoh yang lalu. Dia berubah dari rofa' ke nashab lalu ke jazm.

KAEDAH:

(27) Kata terbagi menjadi 2:

1) Kata yang tetap akhirnya pada satu keadaan pada seluruh  susunan (kalimat) dan dinamakan mabni adapun yang berubah akhirnya dinamakan mu'rab.

2) Semua huruf adalah mabni dan begitu juga seluruh fiil madhi  dan seluruh  fiil amr.

Jumat, 05 Agustus 2016

جزم الفعل المضارع

الأمثلة:

١) لَمْ يَحْفَظْ محمدٌ درسَهُ.
1. Muhammad tidak menghafal pelajarannya

٢) لَمْ يَنْقَطِعُ نُزُوْلُ المطرِ.
2. Hujan tidak berhenti

٣) لَمْ يَقْبِضْ أَحَدٌ على اللِّصِّ.
3. Tidak seorang pun dapat menangkap pencuri itu.

٤)لا تأْكُلْ و أنتَ شَعْبَانُ.
4. Janganlah kamu makan dalam keadaan kamu kenyang.

٥) لاتُكْثِرْ مِنَ الضَّحِكِ.
5. Janganlah kamu banyak tertawa.

٦) لا تُسْرِعْ في السَّيْرِ.
6. Janganlah cepat-cepat dalam berjalan.

***

٧) إِنْ تَفْتَحْ نَوَافِذَ الحُجْرَةِ يَتَجَدَّدْ هَوَائُهَا.
7. Jika kamu buka jendela-jendela kamar, akan berganti udaranya.

٨)إِنْ تَجْلِسْ فى مَجْرَى الهواءِ تَمْرَضْ.
8. Jika kamu duduk di tempat keluar masuknya udara, kamu akan sakit.

٩)إِنْ يُسَافِرْ أَخُوْكَ تُسَافِرْ مَعَهُ.
9. Jika saudaramu pergi safar, maka bersafarlah bersama dengannya (pergilah safar dengannya).

البحثُ:

Setiap kalimat pada contoh pertama (yakni nomer 1 sampai 5), semuanya menggunakan fiil mudhari yang sebelumnya didahului antara salah satu dari dua huruf "lam"  (لَمْ) dan "laa" (لا).

Huruf "lam" menunjukkan makna penafian ( peniadaan ) perbuatan yang terjadi pada waktu yang telah lalu.

Huruf "laa" menunjukkan makna melarang mukhottob (orang yang diajak berbicara) dari suatu perbuatan.

Jika Anda perhatikan setiap fiil mudhari' yang didahului "lam" atau "laa"pada contoh di atas atau pada selainnya, Anda akan mendapati fiil mudhari tersebut dalam keadaan majzum (dijazm).

Akan tetapi jika Anda hilangkan huruf "lam" atau "laa", maka akan Anda dapati fiil mudhari' tersebut dalam keadaan marfu' (dirofa').

Oleh karena itu, maka dua huruf ("lam" dan "laa") berfungsi menjazmkan fii mudhari'. Dengan kata lain:
Jika fiil mudhari didahului oleh salah satu dari dua huruf ("lam" dan "laa"), maka fiil mudhari tersebut harus dijazmkan.

***

Dan jika Anda perhatikan sisa contoh (yakni contoh ke 6 sampai 9), Anda akan mendapati bahwa setiap contoh tersebut:
1) didahului oleh huruf "in" (إِنْ)
2) mengandung dua fiil mudhari yang majzum
3) kalimat yang pertama merupakan syarat terjadinya kalimat kedua.
Maka, misalnya pada contoh nomer 7:

٧) إِنْ تَفْتَحْ نَوَافِذَ الحُجْرَةِ يَتَجَدَّدْ هَوَائُهَا.
7. Jika kamu buka jendela-jendela kamar, akan berganti udaranya.

Membuka jendela-jendela kamar merupakan syarat terjadinya pergantian udara.

Dan yang memberikan faedah syarat dan jazm dari setiap dua fiil mudhari tersebut adalah "in" (إِنْ).

Oleh karena itulah  "in" (إِنْ) dinamakan huruf syarat & jazm.
Adapun fiil mudhari yang pertama dinamakan fiil syarat (فعلُ الشّرطِ) dan fiil mudhari yang kedua dinamakan jawaban dari syarat (جوابُ الشرطِ).
__________
القواعد:
KAEDAH
__________

(14) Fiil Mudhari dijazmkan jika didahului huruf jazm (حروفُ جزمٍ) seperti : لمْ - لا الناهية - إِنْ

(15) Huruf  لَمْ &  لا الناهية menjazmkan satu fiil mudhari.
Dimana لمْ bermakna penafian (peniadaan) hasil pekerjaan pada waktu yang telah lalu.
Dan لا الناهية bermakna pelarangan dari berbuat suatu perbuatan.

(16) Huruf إِنْ menjazmkan dua fiil mudhari, dimana: perbuatan yang pertama (fiil mudhari' yang pertama) merupakan syarat terjadinya perbuatan kedua (fiil mudhari' yang kedua) .

Kamis, 04 Agustus 2016

ظرف الزمان و ظرف المكان

ظرف الزمان و ظرف المكان

الأمثلة:

١) مَكَثْتُ بِالْإِسْكَنْدَرِيَّةِ شَهْرًا
1. Saya menetap di Iskandariyah selama 1 bulan.

٢) شربَ المريضُ الدواءَ صباحًا
2. Orang yang sakit itu telah minum obat di pagi hari.

٣) جلستُ مع صديقي لحظةً
3. Aku duduk bersama temanku sebentar.

٤) تُوْقَدُ المَصَابِيْحُ ليلاً
4. Lampu-lampu itu dinyalakan pada malam hari.

٥) تَجْمَعُ النّملةُ قُوْتَهَا صَيْفًا
5. Semut itu mengumpulkan makanannya di musim panas.

٭٭٭
٦) وَقَفْتُ أمامَ المرآةِ
6. Aku berdiri di depan cermin.

٧) جلستِ الهرّةُ تحتَ المائدةِ
7. Kucing betina itu duduk di bawah  meja makan.

٨) نام الكلبُ خلفَ البابِ
8. Anjing itu tidur dibelakang pintu.

٩) يَثِبُ اللِّصُّ فوقَ السورِ
9. Pencuri itu melompat di atas pagar.

١٠) جرى عليٌّ ميلًا
10. Ali berlari (sepanjang) 1 mil.

البحثُ
PEMBAHASAN
Pembahasan penting pada kelima contoh di atas  (nomer 1-5) adalah kata yang terakhir pada setiap kalimat, yaitu: شهرًا - صباحًا -لحظةً -ليلًا - صيفًا.
Jika kita teliti kelima kata diatas, maka kita dapati bahwa semuanya adalah isim manshub.
Dalam pelajaran ini kita ingin mengetahui hubungan setiap kata tersebut dengan fiil  yang ada pada kalimat.
Dan kita cukupkan untuk membahas dua contoh yang pertama  saja (nomer 1 & 2).

Umpamakan Anda berkata:
مَكَثْتُ بِالْإِسْكَنْدَرِيَّةِ
"Saya menetap di Iskandariyah"

Dengan ucapan Anda diatas, apakah pendengar dapat mengetahui berapa lama Anda tinggal di Iskandariyah?

Jawabannya: tidak.

Akan tetapi, jika  Anda ucapkan:
ِ شَهْرًا
" 1 bulan"

Maka pendengar mengetahui bahwa lamanya Anda tinggal di Iskandariyah adalah 1 bulan.

Dan umpakan Anda mengatakan:
شربَ المريضُ الدواءَ
"Orang yang sakit itu telah minum obat"

Pendengar tidak memahami ucapan Anda tersebut : kapan orang yang sakit telah meminum obat?

Maka jika Anda ucapkan: صباحًا, pendengar memahami kapan orang yang sakit telah meminum obatnya.

Demikianlah penjelasan untuk sisa contoh nomer 3 sampai 5. Maka isim-isim manshub yang menjelaskan tentang waktu terjadinya fiil dinamakan dzorof zaman.

***

Sekarang kita perhatikan contoh-contoh yang lain (yaitu contoh nomer 6 sampai 10) yang didalamnya terdapat kata: أمامَ - تحتَ - خلفَ - فوقَ - ميلًا.
Jika kita perhatikan, kelima kata tersebut juga termasuk isim-isim yang manshub.
Dalam pelajaran ini kita ingin mengetahui hubungan setiap kata tersebut dengan fiil  yang ada pada kalimat sebagaimana pembahasan dzorof zaman yang telah lalu.

Maka, jika kita perhatikan ucapan seseorang:
وَقَفْتُ
"Aku berdiri"

Pendengar tidak akan memahami maksud perkataan tersebut kecuali keadaan berdirinya si pembicara (orang yang mengucapkan kalimat tersebut).

Akan tetapi jika ucapan tersebut dilanjutkan:
وقفتُ أَمامَ المرآةِ
"Aku berdiri di depan cermin"

Kalimat أمامَ المرآةِ merupakan penjelas bagi pendengar tentang tempat berdirinya si pembicara.

Dan jika seseorang berkata:
جلستِ الهرّةُ
(Kucing itu duduk)

Pendengar tidak faham dimana kucing itu duduk? Akan tetapi jika si pembicara melanjutkan ucapannya:
جلستِ الهرّةُ تحتَ المآئدةِ
Kucing itu duduk dibawah meja makan.

Maka sekarang menjadi jelas, pendengar tahu dimana kucing itu duduk.

Begitulah penjelasan untuk tiga sisa contoh yang ada (contoh nomer 8 sampai 10).

Isim manshub yang menjelaskan tempat terjadinya fiil dinamakan dzorof makan.

Dan setiap dzorof zaman dan dzorof makan dinamakan maf'ul fih.

____________

AL QOWA'ID
=KAEDAH=
____________

(98) Dzorof zaman adalah isim manshub yang menjelaskan zaman (waktu) terjadinya fiil.
(Waktu dimana fiil tersebut terjadi)

(99) Dzorof makan adalah isim manshub yang menjelaskan tempat terjadinya fiil.
(Tempat dimana fiil tersebut terjadi)






Rabu, 25 Mei 2016

مقدمة

بــــــــــــــسم اللّــــــــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم

الحمدلله حمدا كثيرا طيبا مباركافيه كمايحب ربنا ويرضاه
أشهد أن لاإله إلا الله وحده لاشريك له
وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
أما بعد:

Blog ini berisikan terjemahan bebas kitab An Nahwu Al Wadhih jilid 1, 2 dan 3. Sengaja saya terjemahkan bebas sebagai sebuah bentuk pendekatan pembelajaran yaitu agar lebih memudahkan pembaca untuk memahami materi pada masing-masing kitab.

Semoga Allah membantu saya dalam menyelesaikan terjemahan bebas pelajaran kitab ini dan semoga tulisan demi tulisan menjadi ilmu yang bermanfa'at bagi saya khususnya  yakni sebagai bahan muraja'ah dan kaum muslimin pada umumnya yang ingin memulai belajar nahwu.

Tak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan isi blog ini. Oleh karena itu, jika Anda menemukan kesalahan ketik, kekeliruan dalam pembahasan dan lain-lain dari tulisan saya, maka dengan tangan terbuka saya siap menerima saran, kritik dan koreksi dari pembaca.

Baarokallahufykum, akhirul kalam:

ربّنا زدنا علما ناعفا وارزقنا فهما جيدا
اللهم إنا نسألك عملا متقبلا..

Wahai Rabb kami tambahkanlah ilmu yang bermanfa'at kepada kami dan karuniakanlah kepada kami pemahaman yang baik serta kami memohon amalan yang diterima oleh-Mu.

Malang, Sya'ban 1437 H
__________________________
             Mei 2016

بقلم
الفقيرة الى الله تعالى

أم عبد الله ناجية عفا الله عنها

Selasa, 24 Mei 2016

نصب الفعل المضارع

بــــــــــــــسم اللّــــــــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم

BAB 10
NASHABNYA FIIL MUDHARI

١. أُرِيْدُ أَنْ أَحْسِنَ السِّبَاحَةَ
1. Aku ingin lebih pandai berenang

٢. أَرْجُو أَنْ يَعْتَدِلَ الجَوُّ
2. Saya berharap udara sejuk.

٣. يَسُرُّنِي أَنْ تَزُوْرَنَا
3. Menyenangkanku kunjunganmu kepada kami.

٤. لَنْ أَكْذِبَ
4. Aku tidak akan berdusta.

٥. لَنْ يَفُوْزَ كَسْلَانُ
5. Tidak akan beruntung orang yang malas.

٦. لَنْ أَضْرِبَ القِطَّ
6. Aku tidak akan memukul kucing.

٧. إِذَنْ تُقِيْمَ عِندَنَا(تَجِيْبُ بِذٰلك مَنْ قَال: َ سَأَزُوْرُ مَدِيْنَتَكُمْ)
7. "Kalau begitu, kamu akan tinggal bersama kami"
(Kalimat tersebut adalah jawaban bagi orang yang berkata: "Aku akan mengunjungi kota kalian")

٨. إِذَنْ تَرْبَحَ تِجَارَتُكَ  (تَجِيْبُ بِذٰلك مَنْ قَال: سَأَكُوْنُ أَمِيْنًا)
8. "Kalau begitu, kamu akan beruntung dalam perdaganganmu"
(Kalimat tersebut adalah jawaban bagi orang yang berkata: "Aku akan menjadi orang yang jujur")

٩. إِذَنْ يَفْسُدَ الهَوَاءُ (تَجِيْبُ بِذٰلك مَنْ قَال: سَأَغْلِقُ النَّوَافِذَ)
9. "Kalau begitu akan rusak udara itu"
(Kalimat tersebut adalah jawaban bagi orang yang berkata: "Aku akan menutup jendela-jendela")

١٠ جِئْتُ كَيْ أَتَعَلَّمَ
10. Aku datang untuk belajar.

١١. خَرَجْتُ كَىْ أَتَنَزَّهَ
11. Aku keluar untuk berekreasi.

١٢. أَتَعَلَّمُ كَىْ أَخْدُمَ دِيْن اللهِ
12. Aku belajar untuk mengabdi kepada agama Allah.

PEMBAHASAN
_______________
Semua contoh di atas mengandung fiil mudhari yang sebelumnya didahului oleh empat huruf berikut ini:

أَنْ - لَنْ - إِذَنْ - كَىْ

Dan jika Anda perhatikan pada contoh, maka akhir dari setiap fiil mudhari yang didahului oleh salah satu keempat huruf di atas adalah manshub (tandanya difathah).
Akan tetapi jika Anda hapus keempat huruf tadi (sehingga fiil mudhari tidak didahului oleh : أن - لن - إذان - كى) maka fiil mudhari dalam keadaan marfu' (tandanya didhommah).

Oleh karena itulah, difahami dari penjelasan di atas bahwa keempat huruf ini (أن - لن - إذان - كى) fungsinya adalah menashabkan fiil mudhari yang terletak sesudahnya.

KAEDAH
__________
(13) Fiil Mudhari dinashab ketika didahului oleh salah satu "an nawashib" yang empat, yaitu: (أن - لن - إذان - كى).

*) "An nawashib" bermakna yang berfungsi menashabkan (membuat nashab) huruf sesudahnya.

الجملة الإسمية

بــــــــــــــسم اللّــــــــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم

BAB 9
JUMLAH ISMIYAH

Contoh-contoh:
١. الدَّارُ وَاسِعَةٌ
1. Rumah itu luas.

٢. الجَوُّ مُعْتَدِلٌ
2. Udara itu sedang (tidak panas tidak dingin)

٣. الغَبَارُ ثَائِرٌ
3. Debu itu berterbangan.

٤. الشَّارِعُ مُزْدَحِمٌ
4. Jalan raya itu penuh sesak (macet)

٥. الطَّرِيْقُ ضَيِّقَةٌ
5. Jalan itu sempit.
٦.الفَأْرَةُ مُخْتَبِئَةٌ

PEMBAHASAN
_______________

Contoh-contoh di atas semuanya adalah jumlah mufidah (kalam). Dan setiap kalimat tersebut terdiri dari dua isim. Yang pertama adalah mubtada dan yang kedua adalah khobar, dan karena setiap kalimat di atas diawali oleh isim maka dinamakan jumlah ismiyah.

KAEDAH
_________
Setiap kalimat yang tersusun dari mubtada dan khobar dinamakan jumlah ismiyah.

المبتدأ و الخبر

بــــــــــــــسم اللّــــــــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم

BAB 7
MUBTADA & KHOBAR

Contoh-contoh:

١. التُّفَّاحُ حُلْوَةٌ.
1. Apel itu manis.

٢. الصُّورَةُ جَمِيْلَةٌ.
2. Gambar itu bagus.

٣. الجَرْيُ مُفِيْدٌ.
3. Lari itu bermanfa'at.

٤. القِطَارُ سَرِيْعٌ.
4. Kereta api itu cepat.

٥  النَّظَافَةُ وَاجِبَةٌ.
5. Kebersihan itu wajib/harus.

٦. الأَرْضُ مُسْتَدِيْرَةٌ.
6. Bumi itu bulat.

PEMBAHASAN
_______________

Semua contoh di atas adalah jumlah mufidah (kalam) yang tersusun dari dua isim. Rincian dua isim tersebut adalah sbb:
1. Isim yang pertama adalah isim yang memulai sebuah jumlah.   Karena inilah dia disebut "mubtada".
2. Isim yang kedua adalah isim yang mengabarkan kepada kita tentang keadaan isim pertama (mubtada)

Perhatikanlah penjelasan berikut
Perhatikanlah kembali contoh-contoh di atas. Jika Anda letakkan jari anda pada isim kedua pada setiap contoh, maka yang nampak hanya kata pertama saja. Sehingga Anda baca:

١. التُّفَّاحَةُ

٢. الصُّوْرَةُ

٣. الجَرْيُ

Dan seterusnya.

Apa yang terjadi? Niscaya Anda akan bingung dan bertanya-tanya pada diri Anda sendiri:
1. Ada apa dengan apel?
2. Ada apa dengan gambar?
3. Ada apa dengan lari?

Akan tetapi, kebingungan Anda akan terjawab jika Anda angkat kembali jari Anda sehingga tampaklah kata kedua dari masing- masing contoh:

١. التُّفَّاحُ حُلْوَةٌ.
1. Apel itu manis.

٢. الصُّورَةُ جَمِيْلَةٌ.
2. Gambar itu bagus.

٣. الجَرْيُ مُفِيْدٌ.
3. Lari itu bermanfa'at.

Dan seterusnya.

Dengan demikian, Anda mendapatkan faedah sempurna dari kalimat-kalimat tersebut. Dan yang memberikan faedah sempurna tersebut adalah isim kedua dari setiap contoh di atas. Setiap isim kedua tersebut mengabarkan kepada kita keadaan yang pertama, seperti:

1. Kata حُلْوٌ mengabarkan kepada kita bahwa apel itu manis.
2. Kata جَمِيْلٌ mengabarkan kepada kita bahwa gambar itu bagus.
3. Kata مُفِيْدٌ mengabarkan kepada kita bahwa lari itu bermanfaat.

Demikianlah juga penjelasan untuk sisa contoh yang ada.
Dan karena setiap isim kedua tersebut mengabarkan kepada kita keadaan yang pertama , maka isim kedua tersebut dinamakan "khobar".

Lalu, jika kita perhatikan akhir dari setiap dua isim (mubtada & khobar) pada contoh-contoh di atas, kita dapati keduanya dalam keadaab marfu' (didhommah).

KAEDAH
_________

(9) Mubtada adalah isim marfu' yang terletak di awal kalimat.
(10) Khobar adalah  isim marfu' yang digabungkan dengan mubtada  untuk menjadi sebuah jumlah mufidah (kalam).

الموازنة بين الفاعل و المفعول به

بــــــــــــــسم اللّــــــــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم

BAB 6
PERBANDINGAN ANTARA FAIL & MAF'UL BIH

Contoh-contoh:

١. يَجُرُّ الحِصَانُ العَجَلَةَ
1. Kuda itu menghela gerobak.

٢. قَطَفَ الغُلَامُ الزَّهْرَةَ
2. Pemuda itu memetik bunga.

٣. رَبَطَتْ فَاطِمَةُ الجَدْيَ
3. Fatimah mengikat anak kambing*
*)  kata الجَدْيُ adalah anak kambing umur 1 tahun
(Munawir Arab-Indonesia :176)

٤. يَسْقِى الفَلَّاحُ الزَّرْعَ
4. Petani itu mengairi tanaman.

٥. قَذَفَ اللَّاعِبُ الكُرَةَ
5. Pemain itu melemparkan bola.

٦. حَبَسَ الشُّرْطِيُّ اللِّصَّ
6. Polisi itu memenjarakan pencuri tersebut.

______________

KESIMPULAN
______________

Telah kita ketahui dari pelajaran dan contoh-contoh yang telah lalu bahwa:

1. Semua fail & maf'ul bih adalah isim.
2. Fail adalah yang disandarkan kepadanya pekerjaan (subjek)
3. Maf'ul bih adalah terjadi padanya pekerjaan / yang dikenai pekerjaan (objek)
4. Fail akhirnya selalu marfu'.
5. Maf'ul bih akhirnya selalu manshub.

Judul Bab dalam Kitab Nahwul Wadhih Jilid 1

Berikut adalah judul bab dalam kitab AN NAHWUL WADHIH

BAB 1 Al Jumlah Al Mufidah

BAB 2 Ajzau al Jumlah (Taqsimu al Kalimah : Ismun, Fi'lun wa Harfun)

BAB 3 Taqsimu Al Fi'li bi i'tibaari Zamanihi (Al Fi'lu Al Madhi, al Fi'lu al Mudhari' & Fi'lu al Amri)

BAB 4 Al Fa'il

BAB 5 Al Maf'ulu Bihi

BAB 6 Al Muwazanafu bayna al Fa'il wa al Maf'ulu Bihi

BAB 7 Al Mubtada wa al Khobar

BAB 8 Al Jumlatu Al Fi'liyatu

BAB 9 Al Jumlatu Al Ismiyatu

BAB 10 Nashbu al Fi'li al Mudhari'i

BAB 11 Jazmu al Fi'li al Mudhari'i

BAB 12 Raf'u al Fi'li al Mudhari'i

BAB 13 Inna wa akhowaatihaa.

BAB 14 Jarru al Ismi

BAB 15 An Na'tu

Jumat, 13 Mei 2016

المفعول به

المفعول به
BAB 5
MAF'UL BIH

Contoh-contoh:
١) شَدَّ التِّلْمِيْذُ الحُبْلَ
1) Murid laki-laki itu mengikat tali

٢) طَوَتِ البِنْتُ الثَّوْبَ
2) Anak perempuan itu melipat baju

٣) أَكَلَ الذِّئْبُ الخَرُوْفَ
3) Serigala itu memakan domba

٤) يَرْبَحُ السَّابِقُ جَائِزَةً
4) Pembalap itu memenangkan hadiah

٥) يَصِيْدُ الثَّعْلَبُ دَجَاجَةً
5) Musang itu memangsa ayam betina

٦) يَبِيْعُ القَصَّابُ اللَّحْمَ
6) Penjual daging itu menjual daging

_______________
PEMBAHASAN:
_______________

Setiap kalimat dari kalimat-kalimat pada contoh tersusun dari sebuah fiil dan dua isim, dimana:
1) Isim yang pertama adalah fail, karena pekerjaan disandarkan darinya (dialah yang melakukan pekerjaan/dialah subjeknya)
2) Isim yang kedua adalah maf'ul bih, karena dialah yang dikenai pekerjaan (objek)

Misalnya, pada ketiga contoh yang pertama:
√Fiilnya adalah: شدّ - طوت - أكل
√Failnya adalah : التلميذ - البنت - الذئب
√Maf'ul bihnya adalah : الحبل - الثوب - الخروف

Maka kita katakan bahwa:
1) Yang diikat oleh murid laki-laki adalah tali.
2) Yang dilipat oleh anak perempuan adalah baju.
3) Yang dimakan oleh serigala adalah domba.

Sehingga, ketiga isim yang dikenai pekerjaan tersebut ( الحبل - الثوب - الخروف) dinamakan maf'ul bih.
Demikianlah seterusnya untuk penjelasan untuk sisa contoh.

Dan jika kita perhatikan akhir dari setiap isim yang menunjukkan maf'ul bih, maka kita dapati bahwa dia dalam keadaan manshub (difathah).

_________
KAEDAH
_________

(8) Maf'ul bih adalah isim manshub yang terjadi padanya perbuatan fail*)

*) maksudnya adalah:
Maf'ul bih adalah isim manshub yang menunjukkan sebagai objek (dikenai pekerjaan atasnya oleh subjek).

فعل الأمر

بــــــــــــــسم اللّــــــــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم

BAB 3 (Bag-3)
PEMBAGIAN FIIL BERDASARKAN WAKTUNYA
(3) FI'IL AMR

(٣) فعل الأمر

١) اِلعب بالكُرَّةِ
1) Bermainlah bola

٢) اَطْعِمْ قِطَّكَ
2) Berilah makan kucingmu

٣) نَظِّفْ ثِيَابَكَ
3) Bersihkanlah baju-bajumu

٤) نَمْ مُبَكِّرًا
4) Tidurlah segera

٥) تَمَهَّلْ فِي السَّيرِ
5) Pelan-pelanlah dalam berjalan

٦) اَجِدْ مَضْغَ الطَّعَامِ
6) Kunyahlah dengan baik makanan itu

_______________
PEMBAHASAN
_______________

Kata-kata yang pertama pada contoh di atas adalah fiil-fiil. Dikatakan fiil karena masing-masingnya menunjukkan perbuatan yang terjadi pada waktu tertentu.

Jika kita perhatikan fiil-fiil tersebut, kita mendapatkan bahwa orang yang berbicara (mutakallim) dari setiap kalimat pada contoh meminta dan memerintah kepada orang yang diajak berbicara (mukhoththob) untuk melakukan sebuah perbuatan pada waktu yang akan datang (setelah terjadinya percakapan). Oleh karena itu, fiil-fiil yang seperti ini dinamakan fiil amr (kata kerja perintah).

Maka  fiil "اِلْعَبْ" pada contoh nomer satu : mutakallim meminta kepada mukhoththob agar melakukan perbuatan bermain pada waktu yang akan datang. Oleh karena itu, "اِلْعَبْ" dinamakan fiil amr.

Dan fiil "اَطْعِمْ" pada contoh yang kedua, mutakallim meminta kepada mukhoththob agar melakukan perbuatan memberi makan pada waktu yang akan datang. Oleh karena itu, "اِلْعَبْ" juga dinamakan fiil amr.

Dan demikianlah seterusnya penjelasan untuk sisa contoh di atas.

_________
KAEDAH
_________

(6) Fiil Amr adalah setiap fiil yang diminta dengannya sebuah perbuatan tertentu pada waktu yang akan datang (setelah terjadinya percakapan).

الفعل المضارع

بــــــــــــــسم اللّــــــــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم.

BAB 3 (Bag-2)
PEMBAGIAN FIIL BERDASARKAN WAKTUNYA

(٢) الفعل المضارع
(2) FIIL MUDHARI'

Contoh-contoh:

١) أغسلُ يَدَيَّ
1) Aku sedang/akan mencuci tanganku

ألبَسُ ثِيَابِيْ
2) Aku sedang/akan memakai bajuku

نَلْعَبُ بِالكُرَّةِ
3) Aku sedang/akan bermain bola

نَمْشى في الحقولِ
4) Kami sedang/akan berjalan di ladang

يَنْبَحُ الكَلْبُ
5) Anjing itu sedang/akan menyalak

يَنْتَبِهُ الحَارِسُ
6) Penjaga itu sedang/akan berjaga-jaga

تَأْكُلُ البِنْتُ
7) Anak perempuan itu sedang/akan makan

تَذْبُلُ الوَرْدَةُ
8) Bunga mawar itu sedang/akan layu

________________
PEMBAHASAN:
________________

Semua kata yang pertama pada contoh-contoh di atas adalah fiil. Disebut fiil karena setiap darinya menunjukkan atas perbuatan yang terjadi pada waktu tertentu.

Dan jika kita perhatikan waktu terjadinya fiil-fiil tersebut berkisar antara terjadi pada waktu sekarang atau yang akan datang (sedang/akan).

Maka fiil "أَغْسِلُ" menunjukkan perbuatan mandi yang terjadi pada waktu sekarang (sedang mandi) atau pada waktu yang akan datang (akan mandi).

Maka fiil "أَلْبَسُ" menunjukkan perbuatan memakai baju yang terjadi pada waktu sekarang (sedang memakai baju) atau pada waktu yang akan datang (akan memakai baju).

Maka, fiil-fiil seperti penjelasan di atas dinamakan fiil mudhari'.

Dan jika Anda perhatikan pada huruf pertama pada setiap fiil mudhari' tersebut, maka Anda dapati adanya  hamzah, nun, ya atau ta padanya. Keempat huruf tersebut dinamakan huruf-huruf mudhara'ah.

_________
KAEDAH:
_________

(5) Fiil Mudhari adalah setiap fiil yang menunjukkan perbuatan yang terjadi pada waktu sekarang atau yang akan datang.
Dan fiil mudhari' itu harus didahului oleh salah satu dari huruf-huruf mudhara'ah yaitu hamzah, nun, ya atau ta.

الفعل الماض

بــــــــــــــسم اللّــــــــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم

تقسيم الفعل باعتبار زمنه
BAB 3 (Bag-1)
PEMBAGIAN FIIL BERDASARKAN WAKTUNYA

(١) الفعلُ الماضى
(1) FIIL MADHI

Contoh-contoh:

١) جرى الكلبُ
1) Anjing itu telah berlari

٢) وَقَفَ الرَّجُلُ
2) Laki-laki itu telah duduk

٣) ضَاعَ الكتَابُ
3) Buku itu telah hilang

٤) دَقَّتِ السَّاعَةُ
4) Jam itu telah berdentang

٥) جَآءَتِ البِنْتُ
5) Anak perempuan itu telah datang

٦) بَاضَتِ الدَّجَاجَةُ
6) Ayam betina itu bertelur

Perhatikanlah kata-kata yang pertama pada contoh di atas. Kata-kata pertama tersebut berupa fiil karena setiap masing-masing darinya menunjukkan atas terjadinya perbuatan pada waktu tertentu.  Dan jika Anda perhatikan lagi, setiap fiil tersebut terjadi pada waktu lampau (yang telah lalu).

Maka kata "جرى" misalnya, menunjukkan atas perbuatan berlari yang terjadi pada waktu yang telah lalu sebelum percakapan berlangsung.

Dan kata "وقف" pada contoh nomer dua, menunjukkan perbuatan berdiri yang terjadi pada waktu yang telah lalu, sebelum percakapan berlangsung.

Dan demikianlah seterusnya, penjelasan untuk sisa contoh.

Oleh karena itulah, fiil-fiil yang terjadinya pada masa lampau sebelum percakapan berlangsung dinamakan fiil madhi.

القاءدة
〰〰〰
KAEDAH
〰〰〰
(4) Fiil Madhi adalah setiap fiil yang menunjukkan atas sebuah perbuatan yang terjadi pada waktu lampau (yang telah berlalu)

Selasa, 10 Mei 2016

أجزاء الجملة

بــــــــــــــسم اللّــــــــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم
BAB 2

Bagian-Bagian Kata (أَجْزَاءُ الجُمْلَةِ)

Contoh:
(١) رَكِبَ إِبْرَاهِيْمُ الحِصَانَ
(1) Ibrahim menunggangi kuda

(٢) يُدَاعِبُ إِسْمَاعِيْلُ القِطَّ
(2) Ismail bermain-main (dengan) kucing

(٣) يَحْصُدُ الفَلَّاحُ القَمْحَ
(3) Petani itu mengetam gandum

(٤) تَأْكُلُ الشَّاةُ فُوْلًا وَ شَعِيْرًا
(4) Kambing betina itu makan kacang dan gandum

(٥) سَمِعْتُ النَّصِيْحَةَ
(5) Aku mendengarkan nasehat

(٦) يَسْطَعُ النُّوْرُ فِي الحُجْرَةِ
(6) Cahaya itu menerangi kamar

(٧) تَجْرِيْ السفينةُ على الماءِ
(7) Perahu itu berlayar (berjalan) di atas air

(٨) هَلْ تُحِبُّ السَّفَرَ؟
(8) Apakah Anda menyukai safar?
الْبَحْثُ
〰〰〰〰〰〰
PEMBAHASAN
〰〰〰〰〰〰

Telah kita ketahui pada pelajaran sebelumnya bahwa jumlah mufidah tersusun dari bagian-bagian yaitu kata-kata. Dan pada pelajaran kali ini, kita akan mempelajari tentang macam
-macam dari kata-kata tersebut.

Jika kita perhatikan kedepalan kalimat pada contoh di atas,kita akan dapati bahwa semuanya adalah jumlah mufidah yang tersusun dari beberapa kata.

Perhatikan penjelasan berikut ini:
1) Kata-kata Ibrohim, Isma'il dan petani adalah lafadz-lafadz yang dinamakan dengannya seseorang (manusia).
2) Adapun kata-kata: kuda, kucing, dan kambing betina adalah lafadz-lafadz yang digunakan untuk menamai macam-macam hewan.
3) Sedangkan kata-kata gandum, kacang dan sya'ir (sejenis gandum juga) adalah lafadz-lafadz yang digunakan untuk menamai jenis-jenis tumbuhan.
4) Dan kata-kata: kamar, kapal dan air adalah lafadz-lafadz yang digunakan untuk menamai beraneka macam benda mati.
5) Kata-kata : nasehat, cahaya dan safar lafadz-lafadz yang digunakan untuk  makna-makna lain.

Oleh karena itulah setiap kata dari semua jenis kata di atas disebut isim. Demikian juga setiap kata yang digunakan untuk menamai manusia, hewan, tumbuhan dan benda mati ataupun makna lain, juga disebut isim.

Sekarang, perhatikan kembali pada contoh:
1) Kata-kata menunggangi, bermain-main, mengetam, makan menunjukkan terjadinya perbuatan pada waktu tertentu.
Kata "la'iba" misalnya, menunjukkan perbuatan menunggang yang terjafi pada waktu telah lalu. Sehingga kita terjemahkan: لَعِبَ = telah menunggangi.
Kata "yuda'ibu" menunjukkan atas perbuatan bermain yang terjadi pada waktu sekarang atau yang akan datang. Sehingga kita terjemahkan:
يُدَاعِبُ = sedang/akan bermain

Dan demikian seterusnya. Oleh karena itu, kata-kata semacam ini dinamakan fiil.

Dan jika kita perhatikan tiga kalimat terakhir pada contoh, kita dapati bahwa kata-kata: fii, 'ala, dan hal jika  masing-masingnya kita ucapkan  sendirian saja, maka tidak akan dapat difahami maknanya secara sempurna.
Akan tetapi, jika kata-kata tersebut diucapkan dalam sebuah kalimat, akan tampak maknanya yang sempurna. Dan ketiga kata ini disebut harf (huruf). Dan begitu juga setiap kata yang sejenis ini,juga dinamakan harf.

〰〰〰〰
AL QAIDAH
〰〰〰〰
(3) Kata itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: isim, fiil dan harf      (huruf)

a) Isim adalah setiap lafadz yang dinamakan dengannya   manusia, hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan, benda mati dan segala sesuatu yang lain.

b) Fiil adalah setiap lafadz yang menunjukkan atas terjadinya perbuatan pada waktu tertentu

c) Harf adalag setiap lafadz yang tidak nampak maknanya yang sempurna kecuali jika digabungkan dengan kata-kata selainnya

Selasa, 03 Mei 2016

المفعول لأجله

بــــــــــــــسم اللّــــــــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم
___________________

AL MAF'UL LI AJLIH
___________________

Al Amtsilatu (Contoh-contoh):
=========================

١) يسافرُ الطَّلبةُ إلى المدينةِ طَلَبًا للعلمِ
(Para mahasiswa itu pergi ke Madinah untuk menuntut ilmu)

٢)عاقَبَ القَاضِى المُجْرِمَ تاْدِيْبًا له
(Hakim itu telah menghukum orang jahat itu sebagai pelajaran baginya)

٣سَلِّمْ احترامًا لَأُسْتَاذِكَ
(Berilah salam untuk menghormati Ustadzmu)

٤)تَصَدَّقْتُ على الفقيرِ أَمَلًا فى الثّوابِ
(Aku telah bersedekah kepada orang fakir untuk mengharapkan pahala)

٥(صَفَحْتُ عن السَّفِيْهِ حِلْمًا

(Aku memaafkan orang yang bodoh itu sebagai bentuk kemurahan hatiku)

(تَجَاوَزْتُ عنْ هَفْوَةِ الصَّدِيْقِ إِبْقَاءً على مَوَدَّتِهِ
(Aku telah melupakan kesalahan teman untuk mengekalkan 
cinta kasihnya)

البحثُ

PEMBAHASAN:
=============

Lihatlah pada kata-kata:
طلبا - تأديبا - احتراما - أملا - حلما - إبقاء 

Ke enam kata di atas adalah manshub. Dan ini adalah sesuatu yang jelas. Akan tetapi, pada pelajaran ini kita tidak akan membahas tentang hubungan setiap isim di atas dengan fiil-fiil yang ada pada contoh kalimat.

Misalnya pada contoh kalimat pertama, sesorang berkata kepada kita:
"يسافر الطلبة إلى المدينة"

Apa yang kita fahami tentang kalimat tersebut?
Yang kita fahami dari ucapan tersebut adalah:
"Bahwa para mahasiswa sedang pergi dari negeri-negeri mereka ke Madinah".

Lalu, apakah kita faham sesuatu yang baru jika orang yang berbicara tersebut menambah kalimat: "طلبا للعلم"
Sehingga yang dia ucapkan kepada kita:

"يسافر الطلبة إلى المدينة "طلبا للعلم"
"Para Mahasiswa pergi ke Madinah untuk menuntut ilmu"

Sekarang, kita fahami bahwa sebab para Mahasiswa pergi ke Madinah karena untuk menuntut ilmu.

Dan begitu juga jika seseorang berkata kepada kita:
"عاقب القاضى المجرم "
Maka, yang kita fahami hanya sebatas pemberitaan bahwa "Hakim itu telah menghukum orang yang bersalah".

Berbeda halnya jika kalimat tersebut ditambahkan kata: "تأديبا له". Sehingga yang kita fahami sekarang adalah : "Hakim menghukum orang yang bersalah tersebut untuk mendidiknya (sebagai pelajaran baginya)"

Dari penjelasan di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa:
Isim-isim yang manshub pada contoh kalimat menjelaskan tentang sebab terjadinya fiil.
Karena itulah, isim-isim manshub di atas dinamakan maf'ul li ajlih.

Cara mudah untuk mengetahui maf'ul li ajlih adalah dengan menggunakan pertanyaan:
"Kenapa (apa sebab)  perbuatan tersebut dilakukan?"
Jawaban pertanyaan tersebut merupakan maf'ul li ajlih.
Misalnya:
لماذا تصدقت على الفقير؟
"Kenapa kamu bersedekah kepada orang fakir?"

Jawabannya:
"أملا في الثواب"
"Untuk mengharapkan pahala".

Jawaban "أملا في الثواب" adalah maf'ul liajlih.

Sehingga jika diucapkan kalimatnya menjadi:
تصدقت على الفقير أملا في الثواب

KAEDAH:
========
Al Maf'ul liajlih adalah isim manshub yang menjelaskan tentang sebab dilakukannya (terjadinya) sebuah fiil.

Diterjemahkan bebas dari kitab Nahwul Wadhih jilid 2 oleh:
*kata pada contoh semisal Eropa dirubah menjadi Madinah, bangunlah dirubah menjadi berilah salam, sengaja dirubah oleh penerjemah agar lebih syar'i.

بقلم
الفقيرة الى الله تعالى
أم عبد الله ناجية عفا الله عنها