Kamis, 25 Agustus 2016
FIIL MU'TAL AKHIR & SHAHIH AKHIR
I'RAB FIIL MADHI
LATIHAN I'RAB:
١) قَرَأْناَ الْكِتَابَ
(Kami telah membaca buku itu)
قَرَأْناَ: قرأ فعل ماض مبني على السكون للتصاله ب(نا) و(نا) ضمير متصل مبني على السكون في محل رفع فاعل
الْكِتَابَ: مفعول به منصوب بالفتحة الظاهرة لأنّه اسم مفرد
٢) شَمَمْتُ الوَرْدَ
(Aku telah menciun bunga mawar itu)
شَمَمْتُ: شَمَمْ فعل ماض مبني على السكون للتصاله بالتاء المتحركة. و(ت) ضمير متصل مبني على الضمّة فاعل
الوَرْدَ: مفعول به منصوب بالفتحة الظاهرة لأنّه اسم مفرد
٣) سَبَحْنَا فِي النَّهْرِ
(Kami telah berenang di sungai)
سَبَحْنَا: سَبَحْ فعل ماض مبني على السكون للتصاله ب(نا)
و(نا) ضمير متصل مبني على السكون في محل رفع فاعل
فِي: حرف جر مبني على السكون لا محل له من الإعراب
النَّهْرِ: مجرور ب(في) و علامة جره الكسرة الظاهرة لأنّه اسم مفرد
TA MUTAHARRIKAH - TA TA'NITS
Kesimpulan:
1) Ta mutaharikkah adalah ta yang berharakat yang bersambung dengan fiil. Misalnya pada kata-kata berikut:
كتبتَ كتبتِ كَتَبْتُ كتبتُما كتبتُنّ كتبتُم
Adapun ta' sukun pada fiil (تْ) seperti كَتَبَتْ dinamakan ta' ta'nis yang menunjukkan failnya perempuan.
2) Kata متحركة adalah isim fail dari تَحََرَّكَ - يَتَحَرِّكُ artinya berharakat.
Adapun tanda sukun, sukun itu asalnya dari سَكَنَ - يَسْكُنُ yang artinya tenang. Jadi, asal maknanya bukan harakat. Akan tetapi, sukun diilhaqkan ke makna harakat.
3) Pada fiil jamak mudzakar semisal: كَتَبُوْا
Huruf alif disebut الألف فارقة/ ألف التفريق (Alif Fariqah) yakni alif pembeda.
Yaitu alif yang digunakan untuk membedajan wau dhamir dengan wau 'athof.
Misalnya:
ودُّوْا لَوْ تُدْهِنُ
Jika alif fariqahnya dihilangkan, kita akan bingung membacanya. Bisa dikira wawu setelah huruf dal adalah wawu 'athof dll
Fawaid dari: Al Ustadzah Ummu Maryam Latifah حفظها الله
Jumat, 19 Agustus 2016
أحوال بناء الفعل الماضى
أحوال بناء الفعل الماضى
KEADAAN-KEADAAN MABNINYA FIIL MADHI
Contoh-contoh:
1) Udara itu sangat dingin
2) Debu itu berterbangan
3) Hujan itu telah turun
***
4) Para anak laki-laki telah bermain
5) Para pria telah berpergian
6) Para pekerja telah lelah
***
7) Aku telah membuka pintu
8) Aku telah menangkap bola
9) Aku telah mengambil upah
***
10) Kamu telah benar pada perkataanmu
11) Kamu telah adil dalam keputusanmu
12) Kamu telah berbuat baik kepada orang-orang
***
13) Para anak putri telah belajar shirah
14) Para ibu telah memberi makan putra-putra mereka
15) Para pemudi telah merapikan meja makan
***
16) Kami telah keluar dari ladang
17) Kami telah menghirup udara bersih
18) Kami telah memetik bunga-bunga
PEMBAHASAN:
Jika kita perhatikan pada contoh-contoh di atas, kita dapati bahwa pada setiap kalimat mengandung fiil madhi.
Dan telah kita ketahui dari pelajaran yang telah lalu, bahwa seluruh fiil madhi adalah mabni. Maka fiil-fiil madhi pada contoh di atas, seluruhnya adalah mabni. Dan yang kita inginkan dari pelajaran kali ini adalah mengetahui keadaan bina fiil-fiil madhi.
Untuk itu, kita perhatikan ketiga contoh yang pertama (nomer 1 sampai 3):
-Perhatikan fiil-fiil madhi yang ada pada ketiga contoh tersebut, yaitu شْتَدَّ - ثَارَ - نَزَلَ.
-Akhir huruf pada fiil شْتَدَّ - ثَارَ - نَزَلَ tidak bersambung dengan sesuatu apapun.
-Akhir huruf pada fiil شْتَدَّ - ثَارَ - نَزَلَ adalah dalam keadaab difathah.
- Jika fiil- fiil madhi tersebut diletakkan diseluruh macam susunan kalimat, maka kita akan mendapatinya tetap difathah huruf akhirnya.
-Oleh karena inilah, kita katakan bahwa fiil madhi dimabnikan di atas fathah dalam keadaan ini.
***
Dan jika kita perhatikan ketiga contoh yang kedua, kita melihat bahwa fiil-fiil لَعِبَ - سَفَرَ - تَعِبَ telah bersambung huruf akhirnya dengan wawu yang menunjukkan failnya (subjeknya ) adalah jamak mudzakar.
Dan kita lihat bahwa setiap akhir dari fiil-fiil tersebut dalam keadaan di dhommah ( لَعِبُوْا- سَفَرُوْا- تَعِبُوْا).
Dari sini, kita mengetahui bahwa fiil-fiil madhi tersebut dimabnikan di atas dhommah jika (fiil madhi itu) datang dalam keadaan ini (yakni jika fiil madhi bersambung dengan wawu jama'ah).
***
Dan jika kita perhatikan fiil-fiil madhi pada sisa contoh, kita melihat bahwa fiil-fiil madhi tersebut :
-Pada contoh nomer 7 sampai 12:
bersambung dengan ta' mutakarrikah (ت)
-Pada contoh nomer 13 sampai 15:
bersambung dengan nun (ن) yang menunjukkan failnya (subjeknya) adalah jamak muannats, dan dinamakan nun niswah.
-Pada contoh nomer 16 sampai 18:
bersambung dengan kata "naa" (نا) yang menunjukkan fail.
Dimana setiap akhir fiil madhi tersebut diatas adalah dalam keadaan disukun. Walaupun kita terus perhatikan fiil-fiil tersebut bersambung dengan ta' mutaharrikah / nun niswah / naa fail, tetap keadaan akhirnya dalam keadaan disukun.
Oleh karena itulah, kita ketahui bahwa fiil madhi dalam keadaan-keadaan seperti diatas,dinamakan mabni di atas sukun.
KAEDAH:
(34) Fiil madhi dimabnikan diatas fathah kecuali jika bersambung dengannya wawul jama'ah (maka) dimabnikan diatas dhommah.
Atau bersambung dengannya ta' mutaharrikah / nun niswah/ naa yang menunjukkan fail, (maka) dimabnikan diatas sukun.
LATIHAN I'RAB:
١) قَرَأْناَ الْكِتَابَ
(Kami telah membaca buku itu)
قَرَأْناَ: قرأ فعل ماض مبني على السكون للتصاله ب(نا) و(نا) ضمير متصل مبني على السكون في محل رفع فاعل
الْكِتَابَ: مفعول به منصوب بالفتحة الظاهرة لأنّه اسم مفرد
٢) شَمَمْتُ الوَرْدَ
(Aku telah menciun bunga mawar itu)
شَمَمْتُ: شَمَمْ فعل ماض مبني على السكون للتصاله بالتاء المتحركة. و(ت) ضمير متصل مبني على الضمّة فاعل
الوَرْدَ: مفعول به منصوب بالفتحة الظاهرة لأنّه اسم مفرد
٣) سَبَحْنَا فِي النَّهْرِ
(Kami telah berenang di sungai)
سَبَحْنَا: سَبَحْ فعل ماض مبني على السكون للتصاله ب(نا)
و(نا) ضمير متصل مبني على السكون في محل رفع فاعل
فِي: حرف جر مبني على السكون لا محل له من الإعراب
النَّهْرِ: مجرور ب(في) و علامة جره الكسرة الظاهرة لأنّه اسم مفرد
Rabu, 17 Agustus 2016
FIIL SHAHIH AKHIR & MU'TAL AKHIR
Sabtu, 13 Agustus 2016
أنواع الإعراب
أنواع الإعراب
MACAM-MACAM I'RAB
PEMBAHASAN:
Kata الطائر - الماء - الحصان pada contoh yang pertama, semuanya adalah isim.
Penjelasan tentang isim-isim di atas adalah sbb:
1) Pada ketiga contoh yang pertama:
Kata الطائر - الماء - الحصان adalah dalam keadaan marfu' karena sebagai mubtada.
Yang menunjukkan rofa'nya adalah adanya dhommah pada akhir setiap isim-isim tersebut.
2) Pada ketiga contoh yang kedua:
Kata الطائر - الماء - الحصان adalah dalam keadaan manshub karena sebagai maf'ul bih.
Yang menunjukkan nashabnya adalah adanya fathah pada akhir setiap isim-isim tersebut.
3) Pada ketiga contoh yang ketiga:
Kata الطائر - الماء - الحصان adalah dalam keadaan majrur karena masing-masingnya didahului oleh huruf jer.
Yang menunjukkan jernya adalah adanya kasroh pada akhir setiap isim-isim tersebut.
Dari penjelasan diatas, kita ketahui bahwa:
Karena ketiga isim di atas berubah akhirnya dari rofa' ke nashob lalu ke jer, maka isim-isim ini dinamakan mu'rab.
***
Dan kata-kata يوقد- تزحف - تورق pada contoh bagian yang kedua adalah fiil mudhari'.
Penjelasan tentang fiil-fiil mudhari' di atas adalah sbb:
1) Pada ketiga contoh yang pertama:
Fiil يوقد- تزحف - تورق dalam keadaan marfu' karena tidak adanya (bebas dari) 'amil nashob dan jazm. Dan yang menunjukkan rofa'nya fiil-fiil tersebut adalah dengan adanya dhommah pada akhir setiap fiil itu.
2) Pada ketiga contoh yang kedua:
Fiil يوقد- تزحف - تورق dalam keadaan manshub karena masuknya "lan" (لنْ) pada fii-fiil itu. Dan yang menunjukkan nashobnya fiil-fiil tersebut adalah dengan adanya fathah pada akhir setiap fiil itu.
3) Pada ketiga contoh yang ketiga:
Fiil يوقد- تزحف - تورق dalam keadaan majzum karena masuknya 'amil jazm yaitu "lam" (لَمْ) pada fii-fiil itu. Dan yang menunjukkan jazmnya fiil-fiil tersebut adalah dengan adanya sukun pada akhir setiap fiil itu.
Dari penjelasan diatas, kita ketahui bahwa:
Karena ketiga fiil di atas berubah akhirnya dari rofa' ke nashob lalu ke jazm maka fiil-fiil ini dinamakan mu'rab.
***
KAEDAH
(31) Keadaan-keadaan yang terhitung pada kata-kata yang mu'rab ada empat, yaitu: rofa' - nashob - jer - jazm. Dan (keempatnya) dinamakan macam-macam i'rab.
(32) Tanda-tanda i'rab yang asli ada empat, yaitu: dhommah - fathah - kasroh - sukun. Dan menggantikan darinya tanda-tanda yang lain yang akan disebutkan pada babnya.
(33) Rofa' dan nashob ada pada isim-isim dan fiil-fiil. Jer khusus ada pada isim-isim sebagaimana jazm khusus ada pada fiil-fiil.
أَنْوَاعُ البِنَاءِ
MACAM-MACAM BINA
Contoh-contoh:
1) Berapa banyak kuda di lapangan itu?
2) Berapa harga jam tanganmu?
3) Berapa kali kamu berjanji tetapi tidak kamu tepati?
4) Udara itu menjadi sejuk? (tidak panas tidak dingin)
5) Apakah udara sejuk?
6) Udara itu telah menjadi sejuk
7) Berhentilah ditempatmu!
8) Berjalanlah (pergilah) sesukamu.
9) Engkau tinggal di tempat yang berudara baik
10) Kemarin sangat panas
11) Aku mengunjungi piramida kemarib
12) Aku pergi ke benteng kemarin
PEMBAHASAN:
Kita telah mengetahui dari pembahasan yang lalu bahwa mabni adalah kata yang akhirnya tetap pada satu keadaan di seluruh susunan kalimat. Dan pada pelajaran kali ini, kita ingin mengetahui keadaan-keadaan akhir kata yang mabni tersebut.
Perhatikan contoh:
Kata كَمْ - اِعْتَدَلَ - حَيْثُ - أَمْسِ pada contoh sebelumnya, semua kata tersebut adalah mabni. Karena akhir kata-kata tersebut tetap dalam satu keadaan, tidak berubah sekalipun susunan kalimatnya berubah.
Akhir kata كَمْ adalah tetap dengan sukun, oleh karena itu كَمْ dikatakan mabni di atas sukun.
Akhir kata اعْتَدَلَ adalah tetap dengan fathah, oleh karena itu اعْتَدَلَ dikatakan mabni di atas fathah.
Akhir kata حَيْثُ adalah dengan dhommah, oleh karena itu حَيْثُ dikatakan mabni di atas dhommah.
Akhir kata أَمْسِ adalah dengan kasroh, oleh karena itu أَمْسِ dikatakan mabni di atas kasroh.
Dan jika kita teliti pada akhir kata-kata mabni tersebut, tidak kita dapati keadaan lain kecuali empat keadaan (mabni di atas sukun, fathah, dhommah dan kasroh).
Dan disana tidak ada ketentuan khusus untuk mengetahui tentang keadaan akhir kata-kata yang mabni tersebut. Hanya saja referensi untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan menukil dari kitab-kitab bahasa yang terpercaya.
KAEDAH:
(29) Keadaan-keadaan yang menetapi akhir kata-kata mabni ada empat, yaitu: sukun, fathah, dhommah, kasroh dan dinamakan anwa'ul bina.
(30) Kata-kata yang akhirnya tetap dengan sukun/fathah/dhommah/kasroh, dinamakan mabni di atas sukun/fathah/dhommah/kasroh.
المبنى و المعرب
Contoh-contoh:
1) Dimana rumahmu?
2) Kemana kamu akan pergi?
3) Kemana kamu berjalan?
4) Penjual daging itu menyembelih kambing betina.
5) Penjual daging itu menyembelih kambing betina.
6) Apakah penjual daging itu menyembelih kambing betina.
8) Dari tempat mana kamu datang?
9) Aku datang dari rumahku
10) Kapas adalah sumber kemakmuran di Mesir
11) Petani itu menuai kapas
12) Baju-baju itu dibuat dari kapas
13) Mawar itu layu
14) Aku mencium mawar
15) Aku memandang ke mawar itu
16) Kebun itu berbuah
17) Kebun itu tidak akan berbuah
18) Kebun itu belum berbuah
PEMBAHASAN
Jika Anda perhatikan kata-kata: أَيْنَ dan ذَبَحَ dari contoh-contoh bagian pertama, Anda akan mendapati bahwa setiap kata darinya dalam keadaan tetap pada satu keadaan meskipun kedudukan keduanya dalam sebuah kalimat berubah.
Maka akhir dari setiap dua kata (ذبح - أين) tetap dengan fathah sebagaimana pada contoh dan selainnya. Dan akhir kata dari مِنْ tetap dengan sukun sebagaimana pada contoh-contoh yang telah lalu dan pada selainnya.
Kata-kata yang tetap keadaan harakat akhirnya pada satu keadaan adalah semua huruf, fiil madhi dan diil amr tanpa terkecuali.
Dan jika Anda perhatikan kata: القطن- الوردة- يثمر pada contoh bagian kedua, Anda akan dapati bahwa akhir setiap kata darinya berubah dari satu keadaan ke keadaan lain sesuai kedudukannya dalam kalimat.
Maka kata القطن dan الوردة adalah dua kata yang berubah akhirnya sebagaimana pada contoh yang lalu. Perubahannya yaitu dari rofa' ke nashab lalu ke jer.
Dan kata يثمر adalah kata yang berubah akhirnya sebagaimana pada contoh yang lalu. Dia berubah dari rofa' ke nashab lalu ke jazm.
KAEDAH:
(27) Kata terbagi menjadi 2:
1) Kata yang tetap akhirnya pada satu keadaan pada seluruh susunan (kalimat) dan dinamakan mabni adapun yang berubah akhirnya dinamakan mu'rab.
2) Semua huruf adalah mabni dan begitu juga seluruh fiil madhi dan seluruh fiil amr.
Jumat, 05 Agustus 2016
جزم الفعل المضارع
الأمثلة:
١) لَمْ يَحْفَظْ محمدٌ درسَهُ.
1. Muhammad tidak menghafal pelajarannya
٢) لَمْ يَنْقَطِعُ نُزُوْلُ المطرِ.
2. Hujan tidak berhenti
٣) لَمْ يَقْبِضْ أَحَدٌ على اللِّصِّ.
3. Tidak seorang pun dapat menangkap pencuri itu.
٤)لا تأْكُلْ و أنتَ شَعْبَانُ.
4. Janganlah kamu makan dalam keadaan kamu kenyang.
٥) لاتُكْثِرْ مِنَ الضَّحِكِ.
5. Janganlah kamu banyak tertawa.
٦) لا تُسْرِعْ في السَّيْرِ.
6. Janganlah cepat-cepat dalam berjalan.
***
٧) إِنْ تَفْتَحْ نَوَافِذَ الحُجْرَةِ يَتَجَدَّدْ هَوَائُهَا.
7. Jika kamu buka jendela-jendela kamar, akan berganti udaranya.
٨)إِنْ تَجْلِسْ فى مَجْرَى الهواءِ تَمْرَضْ.
8. Jika kamu duduk di tempat keluar masuknya udara, kamu akan sakit.
٩)إِنْ يُسَافِرْ أَخُوْكَ تُسَافِرْ مَعَهُ.
9. Jika saudaramu pergi safar, maka bersafarlah bersama dengannya (pergilah safar dengannya).
البحثُ:
Setiap kalimat pada contoh pertama (yakni nomer 1 sampai 5), semuanya menggunakan fiil mudhari yang sebelumnya didahului antara salah satu dari dua huruf "lam" (لَمْ) dan "laa" (لا).
Huruf "lam" menunjukkan makna penafian ( peniadaan ) perbuatan yang terjadi pada waktu yang telah lalu.
Huruf "laa" menunjukkan makna melarang mukhottob (orang yang diajak berbicara) dari suatu perbuatan.
Jika Anda perhatikan setiap fiil mudhari' yang didahului "lam" atau "laa"pada contoh di atas atau pada selainnya, Anda akan mendapati fiil mudhari tersebut dalam keadaan majzum (dijazm).
Akan tetapi jika Anda hilangkan huruf "lam" atau "laa", maka akan Anda dapati fiil mudhari' tersebut dalam keadaan marfu' (dirofa').
Oleh karena itu, maka dua huruf ("lam" dan "laa") berfungsi menjazmkan fii mudhari'. Dengan kata lain:
Jika fiil mudhari didahului oleh salah satu dari dua huruf ("lam" dan "laa"), maka fiil mudhari tersebut harus dijazmkan.
***
Dan jika Anda perhatikan sisa contoh (yakni contoh ke 6 sampai 9), Anda akan mendapati bahwa setiap contoh tersebut:
1) didahului oleh huruf "in" (إِنْ)
2) mengandung dua fiil mudhari yang majzum
3) kalimat yang pertama merupakan syarat terjadinya kalimat kedua.
Maka, misalnya pada contoh nomer 7:
٧) إِنْ تَفْتَحْ نَوَافِذَ الحُجْرَةِ يَتَجَدَّدْ هَوَائُهَا.
7. Jika kamu buka jendela-jendela kamar, akan berganti udaranya.
Membuka jendela-jendela kamar merupakan syarat terjadinya pergantian udara.
Dan yang memberikan faedah syarat dan jazm dari setiap dua fiil mudhari tersebut adalah "in" (إِنْ).
Oleh karena itulah "in" (إِنْ) dinamakan huruf syarat & jazm.
Adapun fiil mudhari yang pertama dinamakan fiil syarat (فعلُ الشّرطِ) dan fiil mudhari yang kedua dinamakan jawaban dari syarat (جوابُ الشرطِ).
__________
القواعد:
KAEDAH
__________
(14) Fiil Mudhari dijazmkan jika didahului huruf jazm (حروفُ جزمٍ) seperti : لمْ - لا الناهية - إِنْ
(15) Huruf لَمْ & لا الناهية menjazmkan satu fiil mudhari.
Dimana لمْ bermakna penafian (peniadaan) hasil pekerjaan pada waktu yang telah lalu.
Dan لا الناهية bermakna pelarangan dari berbuat suatu perbuatan.
(16) Huruf إِنْ menjazmkan dua fiil mudhari, dimana: perbuatan yang pertama (fiil mudhari' yang pertama) merupakan syarat terjadinya perbuatan kedua (fiil mudhari' yang kedua) .
Kamis, 04 Agustus 2016
ظرف الزمان و ظرف المكان
ظرف الزمان و ظرف المكان
الأمثلة:
١) مَكَثْتُ بِالْإِسْكَنْدَرِيَّةِ شَهْرًا
1. Saya menetap di Iskandariyah selama 1 bulan.
٢) شربَ المريضُ الدواءَ صباحًا
2. Orang yang sakit itu telah minum obat di pagi hari.
٣) جلستُ مع صديقي لحظةً
3. Aku duduk bersama temanku sebentar.
٤) تُوْقَدُ المَصَابِيْحُ ليلاً
4. Lampu-lampu itu dinyalakan pada malam hari.
٥) تَجْمَعُ النّملةُ قُوْتَهَا صَيْفًا
5. Semut itu mengumpulkan makanannya di musim panas.
٭٭٭
٦) وَقَفْتُ أمامَ المرآةِ
6. Aku berdiri di depan cermin.
٧) جلستِ الهرّةُ تحتَ المائدةِ
7. Kucing betina itu duduk di bawah meja makan.
٨) نام الكلبُ خلفَ البابِ
8. Anjing itu tidur dibelakang pintu.
٩) يَثِبُ اللِّصُّ فوقَ السورِ
9. Pencuri itu melompat di atas pagar.
١٠) جرى عليٌّ ميلًا
10. Ali berlari (sepanjang) 1 mil.
البحثُ
PEMBAHASAN
Pembahasan penting pada kelima contoh di atas (nomer 1-5) adalah kata yang terakhir pada setiap kalimat, yaitu: شهرًا - صباحًا -لحظةً -ليلًا - صيفًا.
Jika kita teliti kelima kata diatas, maka kita dapati bahwa semuanya adalah isim manshub.
Dalam pelajaran ini kita ingin mengetahui hubungan setiap kata tersebut dengan fiil yang ada pada kalimat.
Dan kita cukupkan untuk membahas dua contoh yang pertama saja (nomer 1 & 2).
Umpamakan Anda berkata:
مَكَثْتُ بِالْإِسْكَنْدَرِيَّةِ
"Saya menetap di Iskandariyah"
Dengan ucapan Anda diatas, apakah pendengar dapat mengetahui berapa lama Anda tinggal di Iskandariyah?
Jawabannya: tidak.
Akan tetapi, jika Anda ucapkan:
ِ شَهْرًا
" 1 bulan"
Maka pendengar mengetahui bahwa lamanya Anda tinggal di Iskandariyah adalah 1 bulan.
Dan umpakan Anda mengatakan:
شربَ المريضُ الدواءَ
"Orang yang sakit itu telah minum obat"
Pendengar tidak memahami ucapan Anda tersebut : kapan orang yang sakit telah meminum obat?
Maka jika Anda ucapkan: صباحًا, pendengar memahami kapan orang yang sakit telah meminum obatnya.
Demikianlah penjelasan untuk sisa contoh nomer 3 sampai 5. Maka isim-isim manshub yang menjelaskan tentang waktu terjadinya fiil dinamakan dzorof zaman.
***
Sekarang kita perhatikan contoh-contoh yang lain (yaitu contoh nomer 6 sampai 10) yang didalamnya terdapat kata: أمامَ - تحتَ - خلفَ - فوقَ - ميلًا.
Jika kita perhatikan, kelima kata tersebut juga termasuk isim-isim yang manshub.
Dalam pelajaran ini kita ingin mengetahui hubungan setiap kata tersebut dengan fiil yang ada pada kalimat sebagaimana pembahasan dzorof zaman yang telah lalu.
Maka, jika kita perhatikan ucapan seseorang:
وَقَفْتُ
"Aku berdiri"
Pendengar tidak akan memahami maksud perkataan tersebut kecuali keadaan berdirinya si pembicara (orang yang mengucapkan kalimat tersebut).
Akan tetapi jika ucapan tersebut dilanjutkan:
وقفتُ أَمامَ المرآةِ
"Aku berdiri di depan cermin"
Kalimat أمامَ المرآةِ merupakan penjelas bagi pendengar tentang tempat berdirinya si pembicara.
Dan jika seseorang berkata:
جلستِ الهرّةُ
(Kucing itu duduk)
Pendengar tidak faham dimana kucing itu duduk? Akan tetapi jika si pembicara melanjutkan ucapannya:
جلستِ الهرّةُ تحتَ المآئدةِ
Kucing itu duduk dibawah meja makan.
Maka sekarang menjadi jelas, pendengar tahu dimana kucing itu duduk.
Begitulah penjelasan untuk tiga sisa contoh yang ada (contoh nomer 8 sampai 10).
Isim manshub yang menjelaskan tempat terjadinya fiil dinamakan dzorof makan.
Dan setiap dzorof zaman dan dzorof makan dinamakan maf'ul fih.
____________
AL QOWA'ID
=KAEDAH=
____________
(98) Dzorof zaman adalah isim manshub yang menjelaskan zaman (waktu) terjadinya fiil.
(Waktu dimana fiil tersebut terjadi)
(99) Dzorof makan adalah isim manshub yang menjelaskan tempat terjadinya fiil.
(Tempat dimana fiil tersebut terjadi)